Jumat, 06 Maret 2015

Khutbah Jumat : Kemoderatan dan manfaatnya

08 Jumadil Ula 1436 H / 28 Februari 2015 M

Monggo Kunjungi Halaman web Aslinya Di sini, di blog ini sekedar ingin mengumpulkan Khutbah-khutbah dari sumber mana saja dengan tujuan jika suatu saat di butuhkan gampang dalam mencarinya,khususnya untuk pembuat blog ini sendiri dan orang yang mengujungi  halaman ini umumnya

Khutbah Pertama


الْحَمْدُ لِلَّهِ ذِي الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ تَعَالَى:( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا)([1]).


Kaum muslimin : Allah telah memberkahi umat Islam ini dengan menjadikannya sebagai umat yang moderat, Allah Swt berfirman :

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan” (Al Baqarah 2 : 143). 
Umat ini diistimewakan oleh kesempurnaan syariat, jalan hidup yang jelas, kemoderatan adalah keberuntungan dan keutamaan yang agung, oleh karena itu Rasulullah Saw mewasiatkan kita agar mengikuti dan menempuh jalan yang moderat, dan inilah yang paling utama, dari Jabir bin Abdullah RA berkata : Kami berada di sisi Nabi Saw, beliau lalu membuat satu garis, kemudian membuat dua garis di sisi kanannya dan dua garis lagi di sisi kirinya. Kemudian beliau meletakkan tangannya di garis yang tengah seraya bersabda: Inilah jalan Allah.Kemudian beliau membaca ayat ini:

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya” (Al An’am 153) (HR Ibnu Majah 11).

Jalan Allah yang dimaksud adalah agama yang diturunkannya sebagai rahmat bagi semesta alam yang mencakup kemoderatan dan ketoleranan, Nabi Saw bersabda :

أَحَبُّ الدِّينِ إِلَى اللَّهِ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ

“Agama yang paling dicintai Allah adalah agama yang lurus dan toleran” (Bukhari kitab Al Iman bab 29). Artinya didalamnya tidak terdapat kesukaran dan kesempitan, dan kemoderatan merupakan salah satu tanda orang-orang yang bertakwa yang baik dan termasuk salah satu sifat pemimpin pilihan, Ali bin Abi Thalib RA berkata : hendaknya kalian berada diatas jalan yang moderat, kepadanya yang tinggi turun dan yang turun kepadanya naik (Al Qurthubi 2/154)

Betapa indah bila kita mampu berpegang dengan kebiasaan ini, sehingga kita menjadi orang-orang yang moderat dalam segala urusan kita, syair dibawah ini menjelaskan :

Hendaknya Anda berpegang dengan kemoderatan perkara karena ia Jalan menuju peta jalan yang lurus (Khazanatul Adab 2/107)

Hamba Allah : sesungguhnya kemoderatan memiliki tanda-tanda yang perlu kita ketahui, diantarnya : kemudahan dan menjauh dari kesempitan, karena kemudahan adalah ciri utama kemoderatan, Allah Swt berfirman :

يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (Al Baqarah 2 : 185). Nabi Saw mewasiatkan kemudahan dan melarang kesukaran, seperti termuat dalam banyak teks keagamaan, diantaranya adalah sabda Nabi Saw :

يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، وَبَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا

“Permudahlah dan jangan persulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari”
Nabi Saw mengecam keras para ekstrimis, dalam sabdanya :

هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ

“Celakalah orang-orang yang melampai batas” Beliau mengulang tiga kali (Muslim 2670)

Oleh karena itu Umar bin Khattab RA berkata : kita dilarang berpura-pura” (Bukhari 7293). Maka beruntunglah orang yang menempuh jalan kemoderatan dan kemudahan, sehingga ia terhindar dan terselamatkan dari sifat berlebihan dan ekstrim.

Para jamaah shalat Jumat : Sesungguhnya kemoderatan merupakan prinsip yang indah, yang mendidik jiwa dengan nilai-nilai yang tertinggi, seperti kejujuran, pemenuhan, kemurahan hati, kedermawanan, kelembutan, kasih sayang, keadilan dan kesetaraan, dan mengangkat diri menuju kemuliaan akhlak, meninggalkan amarah dan balas dendam, dan mengutamakan sisi pemaafan dan ampunan. Allah Swt berfirman :

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنينَ

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Ali Imran 3 : 134). Nabi Saw bersabda :

مَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا

“Allah tidak menambah seorang hamba dengan pemaafannya kecuali kemuliaan” (Muslim 2588)

Kemoderatan itu keindahan dalam berinteraksi dan kemuliaan dalam beretika, yang menuntun pemiliknya untuk memilih ucapan dan tindakan yang tepat, Allah Swt berfirman :

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku : hendaklah mereka mengucapkan perkataan yanglebih baik (benar), sesungguhnya syetan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka, sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (Al Isra’ 17 : 53)


Hamba Allah : sesungguhnya gambaran kemoderatan mencakup semua sisi kehidupan, diantaranya : moderasi dalam belanja dan menjauh dari semua bentuk pemborosan dan kekikiran, Allah Swt berfirman :

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir dan adalah (pemeblanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian” (Al Furqan 25 : 67). Dan firman Allah :

وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal” (Al Isra’ 17 : 29)

Moderat dalam pengeluaran, dalam menjaga sumber daya, mengetahui cara mengkonsumsi dan melestarikan kekayaan termasuk kesempurnaan kemoderatan.

Kaum muslimin : kemoderatan tidak terbatas pada interaksi terhadap sesama muslimin, tapi mencakup interaksi dengan semua manusia, dengan berlaku baik pada mereka, Allah Swt berfirman :

وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang -orang yang berbuat baik” (Al Baqarah 2 : 195).Bahkan Nabi Saw menganggap sebagai dosa besar setiap orang yang menyakiti non muslim, sabdanya :

أَلَا مَنْ ظَلَمَ مُعَاهِدًا، أَوِ انْتَقَصَهُ، أَوْ كَلَّفَهُ فَوْقَ طَاقَتِهِ، أَوْ أَخَذَ مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيبِ نَفْسٍ، فَأَنَا حَجِيجُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Ingatlah, siapa yang mendhalimi seorang kafir mu’ahid, merendahkannya, membebani di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya, tanpa keridhaan dirinya, maka aku adalah lawan bertikainya pada hari kiamat” (Abu Daud 3052)


Para jamaah : sesungguhnya berpegang teguh pada kemoderatan mengharuskan meninggalkan berlebih-lebihan dan tindakan ekstrim, dimana mereka telah berani mengkafirkan dan menumpahkan darah, sebagaimana perlu diketahui bahwa para ekstrimis itu jauh spirit keislaman dan kelenturannya, mereka telah menodai kemoderatan dan kemurnian Islam, bagaimana tidak, Rasulullah Saw telah bersabda :

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ

“Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan” (Bukhari 39)

Bahkan Nabi Saw telah memperingatkan untuk menjauh dari jalan ekstrimitas, disebutkan dalam sabdanya :

مَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ

“Barang siapa menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama dengan membunuhnya” (Bukhari 6105).Disebutkan dalam sabda nabi Saw :

إِنَّ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ، وكان رِدْءاً لِلْإِسْلَامِ غَيَّرَهُ إِلَى مَا شَاءَ اللَّهُ، فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ». قيل: يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ الْمَرْمِيُّ أَمِ الرَّامِي؟ قال:« بَلِ الرَّامِي»

“Sesungguhnya yang aku takutkan pada kalian adalah seorang laki-laki yang membaca Al Qur’an, sehingga setelah ia kelihatan indah karena Al Qur’an dan menjadi penolong agama Islam, ia merubahnya pada apa yang telah menjadi kehendak Allah. Ia melepaskan dirinya dari Al Qur’an, melemparnya ke belakang dan menyerang tetangganya dengan pedang dengan alasan telah syirik.”Aku bertanya: “Wahai Nabi Allah, siapakah di antara keduanya yang lebih berhak menyandang kesyirikan, yang dituduh syirik atau yang menuduh?” Beliau menjawab: “Justru orang yang menuduh syirik [yang lebih berhak menyandang kesyirikan]” (Ibnu Hibban 1/282)


Ya Allah berilah kami taufiq agar dapat menempuh jalan kemoderatan, berilah kami pertolongan agar mampu menghiasi diri dengan kemurnian akhlak, dan berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.



Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa kemoderatan dapat membuahkan hasil yang banyak pada individu dan masyarakat, ia menjadi penyebab terwujudnya segala kebaikan, tergapainya kemaslahatan dan tujuan, terciptanya ketentraman dan kerekatan, tersebarnya kasih sayang, dan dengan kemoderatan, jiwa dan darah terlindungi, harta dan kehormatan terjaga, pintu pemikiran yang melenceng dan merusak terhalangi, ia merupakan jalan menuju keistiqomahan dalam agama, dengannya akan terbawa pada semua yang dicintai dan diridhai Allah, kehidupan yang baik dan tentram di dunia dan akhirat akan tergapai, Allah Swt berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita” (Al Ahqaf 46 : 13). Allah telah menganugerahkan nikmat kemoderatan pada masyarakat ini, sehingga barisannya menjadi satu padu, hati mereka saling mengasihi, stabilitas, kemakmuran dan perkembangan meliputi mereka semua, karenanya berpegang teguhlah dengan prinsip kemoderatan, mendidik putra putri kita atas dasar kemoderatan tersebut, menghargai nikmat dengan sebaik-baiknya serta mensyukurinya, semua itu akan menjadi pelindung dan penambah kenikmatan yang telah diterima, Allah swt berfirman :

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu” (Ibrahim 14 : 7)


هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:( إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3]) وَقَالَ r:« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([4]).

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيهَا مِعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ.

اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلاَ تَدَعْ فِيْنَا وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا.

اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([5]).

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا.

عِبَادَ اللَّهِ: ( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)([6]).

اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ( وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)([7]).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar