Kamis, 17 September 2015

KHUTBAH IDUL ADHA 2015, Menteladani Manusia Teladan

بسم الله الرحمن الرحيم
الله أكبر –9
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا . لااله إلا الله وحده . صدق وعده. ونصر عبده. وأعزجنده وهزم الأحزاب وحده . لااله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون .
الحمد لله . الحمد لله القائل : ولله على الناس حجّ البيت من استطلع اليه سبيلا.
واشهد أن لااله الاّ الله واحده لاشريك له الذى اصطفى لحجّه عبادا واجتبى لهم بقربه مواسما وعيادا واشهد أن سيّدنا محمدا عبده ورسوله الذى صدق الله له وعده وكان وعد ربّك حتما مقضيا.
فصلوات الله وسلامه عليه وعلى اله وصحبه الذين سلكوا سبيله وارتسموا طريقه. فحيوا حياة طيبة وعاشوا عيشة راضية.
أمّا بعد : فيا حاضرون المسلمون والمسلمات رحمكم الله اوصيكم وايّاي بتقوى الله فقد فاز المتقون . اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الاّ وانتم مسلمون .
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ


Allahu Akbar x3, Allahu Akbar Walillahilhamd

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH

Alhamdulillah di pagi yang indah ini kita kembali dapat berkumpul di masjid yang kita cintai ini, menikmati hangatnya sinar mentari, meresapi sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, mengagungkan Ilahi Rabbi, dirangkai dengan dua raka’at sholat sunnah Idul Adha sebagai upaya kita mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Suci dan sekaligus melahirkan rasa syukur yang tidak terhingga atas segala kenikmatan hidup yang telah diberikan Allah Swt kepada kita semua selama ini.


MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH

Marilah kita bersama-sama meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal untuk memulai perjalanan hidup untuk mengarungi kehidupan yang penuh tantangan dan ujian, seperti yang tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as dalam menjalani cobaan dan ujian dari Allah Yang Maha Tinggi.

Hari ini ini adalah hari yang penuh berkah, hari yang sangat bersejarah bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Karena hari ini merupakan hari kemenangan bagi seorang Nabi penemu konsep ke-tuhidan dan ke-sabaran dalam berketuhanan. Sebuah penemuan maha penting dijagad raya, tak tertandingi nilainya dibandingkan dengan penemuan para santis dan ilmuan. Karena berkat konsep ke-tauhidan dan ke-sabaran yang ditemukan tersebut, orang beriman dapat melaksanakan kehidupannya dengan kuat, tabah, selamat dan berhasil di dunia maupun akhirat nanti.


Allahu Akbar x3, Allahu Akbar Walillahilhamd

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH

Diriwayatkan, pada suatu hari, Nabi Ibrahim as menyembelih hewan kurban fisabilillah berupa domba, sapi, dan unta dalam jumlah yang sangat besar. Banyak orang mengaguminya, bahkan para malaikat pun terkagum-kagum atas kurbannya itu.

Nabi Ibrahim as berkata: “Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki seorang anak lelaki, pasti akan aku sembelih karena Allah dan aku kurbankan kepada-Nya,” kata Nabi Ibrahim AS, sebagai ungkapan rasa, karena Sarah istrinya, yang sudah dinikahi sekian lama belum juga mengandung. Kemudian Sarah menyarankan Nabi Ibrahim As agar menikahi Siti Hajar, budaknya yang diperoleh dari Mesir.

Ketika suatu saat Nabi Allah Ibrahim as berada di daerah Baitul Maqdis, beliau berdoa kepada Allah Swt agar dikaruniai seorang anak, dan doa beliau rupanya dikabulkan oleh Allah Swt. Ada yang mengatakan saat itu usia Nabi Ibrahim as mencapai 99 tahun. Karena demikian lamanya beliau tidak dikaruniai anak, maka anak itu diberi nama Isma’il yang artinya “Allah telah mendengar”. Sebagai ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Nabi Ibrahim berseru: “Allah mendengar doaku”.

Ketika usia Nabi Ismail as menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim as bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu.”

Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu datang dari Allah SWT atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/ merenung).

Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi lagi sama dengan mimpi sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin bahwa mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui), dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.

Malam berikutnya beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka keesokan harinya beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut dengan hari menyembelih kurban (yaumun nahr).

Dalam riwayat lain dijelaskan, ketika Nabi Ibrahim as bermimpi untuk yang pertama kalinya, maka beliau memilih domba-domba gemuk, sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya. Beliau mengira bahwa perintah dalam mimpi tersebut sudah terpenuhi.

Untuk mimpi yang kedua kalinya, beliau memilih unta-unta gemuk sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya, dan beliau mengira perintah dalam mimpinya itu telah terpenuhi.

Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah-olah ada yang menyeru, “Sesungguhnya Allah Swt memerintahkanmu agar menyembelih putramu, Ismail.” Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan menangis hingga waktu Shubuh tiba.

Untuk melaksanakan perintah Allah Swt tersebut, beliau menemui istrinya terlebih dahulu, Hajar (ibu Ismail). Beliau berkata, “Dandanilah putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan kuajak bertamu kepada Allah.” Hajar pun segera mendandani Ismail dengan pakaian paling bagus serta meminyaki dan menyisir rambutnya.

Kemudian beliau bersama putranya berangkat menuju ke suatu lembah di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang. Pada saat itu, Iblis terkutuk, sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah sesibuk itu. Mondar-mandir ke sana ke mari. Ismail yang melihatnya segera mendekati ayahnya.

“Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu?” seru Iblis.

“Benar, namun aku diperintahkan untuk menyembelihnya,” jawab Nabi Ibrahim AS.

Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblsi pun datang menemui ibunya, Hajar. “Mengapa kau hanya duduk-duduk tenang saja, padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih?” goda Iblis.

“Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar.

“Mengapa ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.

“Untuk apa seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar balik bertanya.

“Ia menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu”, goda Iblis meyakinkannya.

“Seorang Nabi tidak akan diperintah untuk berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun siap dikorbankan demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anaku, hal itu belum berarti apa-apa bagiku!” jawab Hajar dengan mantap.

Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya, “Hai Isma’il! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ketempat ini untuk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,”

“Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku?” jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.

“Demi perintah Allah! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan mantap.

Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa. Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk melempar kerikil (jumrah) dalam ritual ibadah haji.

Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim as berterus terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?…” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).

“Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).

Mendengar jawaban putranya, legalah hati Nabi Ibrahim as dan langsung ber-tahmid (mengucapkan Alhamdulillah) sebanyak-banyaknya.

Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkanmu. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.”

“Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya. Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, ‘Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah.’ Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu semakin menambah belasungkawa padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa sedih di hati ayah,” sambung Isma’il.

Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim as menjawab, “Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah kau, wahai putraku tercinta!”

Kemudian Nabi Ibrahim as menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun pedang itu tidak mampu menggoresnya.

Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat megetahui bahwa diriku taat kepada Allah Swt dalam menjalan perintah semata-mata karena-Nya.”

Nabi Ibrahim as melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaga, namun beliau masih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas dengan kemampuanya itu, beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu, dan batu itu pun terbelah menjadi dua bagian. “Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging?” gerutu beliau.

Atas izin Allah SWT, pedang itu menjawab, “Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih anakmu, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman, ‘jangan disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah?”

Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 106)

Menurut satu riwayat, bahwa Nabi Ismail as diganti dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di surga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim as menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir (Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahnya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap hari raya kurban (Idul Adha).


Allahu Akbar x3, Allahu Akbar Walillahilhamd

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH

Itulah peristiwa sejarah yang tidak hanya menggetarkan jagat raya saja, namun juga Kerajaan langit dan bahkan seluruh alam semesta. Peristiwa sejarah kemanusiaan yang tidak akan pernah dilupakan oleh manusia, karena telah diabadikan oleh Allah di dalam al-Qur’an al-Karim dan juga di dalam manasik haji yang dilakukan umat Islam sepanjang masa. Pejalanan hidup manusia-manusia pilihan yang telah membuka sumber keberkahan dunia akhirat itu, sekarang kita peringati di Masjid ini dengan melaksanakan sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban bersama-sama seluruh kaum muslimin seluruh dunia dengan harapan semoga keberkahannya sumerambah kepada kita semua, baik kita yang duduk di sini terutama kepada saudara-saudara kita yang telah mengamanatkan ibadah kurbannya untuk kita laksanakan bersama disini.

Peristiwa itu tidak hanya kita peringati saja, tapi juga harus mampu kita teladani dan kita jadikan pelajaran hidup sesuai kemampuan kita. Bahwa tidak ada keberhasilan tanpa pengorbanan dan tidak ada pengorbanan tanpa kesabaran karena setiap kebajikan pasti penuh dengan tantangan, ujian dan tentunya kesulitan.

Kalau sejarah telah mengajarkan kepada kita seperti itu, seperti kesabaran dan pengorbanan yang dicontohkan oleh manusia-manusia utama itu dalam melaksanakan perintah Allah Swt, oleh manusia panutan umat sepanjang zaman itu, kemudian kita ingat diri kita masing-masing, kesabaran apa kiranya yang sudah kita lakukan dan pengorbanan yang bagaimana yang pernah kita berikan dalam rangka melaksanakan pengabdian hakiki kepada Allah Swt …? Pengorbanan yang bagaimana yang pernah kita lakukan, dalam rangka menyiapkan dan membangun keberhasilan hidup kita sendiri dimasa mendatang ..?

Mekkah Al-Mukarromah sebagai tempat terjadinya peristiwa sejarah tersebut, yang asalnya tanahnya terdiri dari batu dan pasir yang tidak menghasilkan apa-apa, kini menjadi tanah paling kaya dan paling makmur di dunia. Tanah yang tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam, tapi buah-buahan dan sayuran yang ada diseluruh dunia tersedia disana, bahkan dengan kuwalitas yang lebih baik dibandingkan yang ada di daerah asalnya. Itu membuktikan bahwa kesabaran dan pengorbanan Nabi Ibrahim as dan keluarganya tersebut tidak sia-sia, kesabaran dan pengorbanan itu terbukti mampu memancarkan keberkahan Allah untuk umat manusia. Lalu apakah kita masih kurang yakin untuk melaksanakan kesabaran dan memberikan pengorbanan dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan menerima takdir-Nya, padahal kesabaran dan pengorbanan itu akan memberikan manfaat yang besar terutama kepada diri kita sendiri ….?

Coba kalau kita melihat di luar sana, sebagian besar manusia pada hiruk pikuk memikirkan diri sendiri, yang kaya semakin serakah yang kuasa semakin merajalela. Mafia terjadi di mana-mana, bahkan di setiap lini kehidupan yang ada terlebih di birokrasi pemerintahan. Akibatnya jurang kemiskinan semakin menganga, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin merana. Namun demikian, tidak kita pungkiri, masih ada orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, manusia yang masih mampu meneladani manusia teladan itu dengan mengorbankan sebagian harta yang dicintainya untuk melaksanakan ibadah kurban di hari raya kurban yang mulia ini, yang sebentar lagi penyembelihan hewan kurban dan pembagian dagingnya akan kita laksanakan bersama. Pertanyaannya lagi, kita-kita yang di masjid ini termasuk yang mana dari dua golongan manusia tersebut ….? Sebagai orang yang melaksanakan ibadah kurban atau orang yang menerima pembagian dagingnya …. ?

Jika pada tahun ini kita masih ditakdirkan sebagai penerima dan penikmat daging kurban, belum sebagai pelaksana ibadah kurban, entah karena sedang tidak punya uang atau tidak kuasa melawan kekikiran, semoga dengan peringatan ini, di tahun-tahun mendatang kita diberi pertolongan untuk mampu menyisihkan sebagian harta yang kita cintai untuk melaksanakan ibadah kurban sebagaimana yang dilakukan oleh saudara-saudara seiman kita saat ini.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH

Peristiwa sejarah ini akan menjadi bermanfaat bagi kita kalau kita mampu mengambil pelajaran darinya dan sekaligus meneladaninya, namun akan sia-sia dan bahkan mencelakaan bagi orang-orang yang berpaling darinya.

Peristiwa Sejarah yang agung ini sesungguhnya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah dan rambu-rambu jalan yang ditebarkan oleh-Nya bagi hamba-Nya yang beriman yang harus mampu kita baca dan kita ikuti dengan seksama, juga sekaligus pengingat bagi kita semua. Barang siapa memperhatikannya dan mengambil pelajaran darinya serta mampu meneladaninya maka itulah orang-orang yang beruntung, karena orang yang berpaling dari peringatan itu akan mengalami kerugian besar bagi dirinya sendiri.

Allah mengingatkan kita semua dengan firman-Nya:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا


Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (124) Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” (125) Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”.



Mereka mendapatkan sumber kehidupan yang sempit di dunia dan dibangkitkan di hari kiamat dalam keadaan buta karena selama hidupnya matahatinya tidak pernah digunakan untuk menangkap isyarat dan peringatan dari Allah. Selama hidupnya hanya memikirkan kehidupan duniawi saja, serakah dan angkara murka sehingga hatinya lupa akan peringatan Allah yang diberikan kepadanya, maka pada hari kiamat itu mereka pantas dilupakan oleh-Nya sehingga bangkit dari kubur dalam keadaan buta matanya. Sikitpun Allah tidak berbuat zalim kepada hamba-Nya.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH

Semoga kita semua dan anak-anak kita dimasukkan di dalam golongan orang-orang yang selalu mampu membaca dan mengikuti tanda-tanda dan peringatan yang ditebarkan Allah di dalam realita dan alam semesta ini sehingga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat nanti. Amiin yarobbal alamiin.


قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وأياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم . وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم . وقل رب اغفر وارحم وأنت حير الراحمين .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar